“Siapa menguasai informasi akan menguasai dunia”. Mungkin pernyataan itu tidak berlebihan melihat fakta yang terjadi saat ini. Perkembangan teknologi informasi yang telah memasuki sendi-sendi kehidupan manusia punya kekuatan besar untuk mengarahkan opini masyarakat. Masih lekang dalam ingatan kasus Ibu Prita yang dituduh telah mencemarkan nama baik rumah sakit OMNI International yang akhirnya bebas karena mendapat dukungan kuat dari publik. Ada pula Deponering kasus kriminalisasi KPK pada Bibit Candra yang didukung oleh publik dengan gerakan Cicak vs Buaya.
Apa yang membuat masyarakat dapat bergerak serentak untuk memperjuangkan apa yang disebut “rasa keadilan” tersebut? Bukan uang atau kekuatan militer pemerintah. Mereka hanya terdorong oleh panggilan moral dan anak dari media baru (new media) yang disebut jejaring sosial. Reputasi sebagai negara kedua terbesar pengguna Facebook dan pertama di Asia untuk Twitter, tentu menjadikan suara-suara yang berseliweran di dua situs jejaring sosial (social network) tersebut berpengaruh besar di masyarakat, khususnya generasi muda. Mereka inilah lapisan di masyarakat yang paling aktif dan dekat dengan dunia internet. Tak heran jika aksi-aksi sosial saat ini sering bermula dari internet karena para penggeraknya adalah generasi muda yang dinamis.
Melihat perkembangan ini, internet menjelma jadi media yang mampu meretas batas waktu dan geografis untuk menghubungkan penggunanya dalam satu wadah. Siapa saja, tanpa perlu pengetahuan rumit untuk belajar internet, dapat dengan satu klik untuk berselancar di internet. Namun pernahkah anda membayangkan di salah satu sudut di belantara internet ini, ada sekelompok anak muda tunanetra yang turut melakukan aksi sosial? Mungkin tak pernah terfikirkan karena tunanetra notabenya memiliki gangguan pada indera penglihatan, sehingga mustahil dapat mengakses internet. Jika anda belum percaya, coba kunjungi situs http://www.kartunet.com dimana penulis turut menjadi salah satu pendirinya.
New media dimanfaatkan oleh sekelompok anak muda tunanetra yang tergabung di Kartunet.com sebagai sarana aksi sosial untuk mengajak masyarakat agar lebih mengenal tunanetra dan penyandang disabilitas lain pada umumnya. Gerakan ini dilatarbelakangi oleh fakta minimnya informasi mengenai seluk-beluk penyandang disabilitas yang diperoleh masyarakat, sehingga membuat terkadang hak-hak para penyandang disabilitas terabaikan. Bukan karena masyarakat tidak peduli atau “kejam”, fakta ini lebih disebabkan oleh faktor ketidak-tahuan masyarakat bagaimana memperlakukan penyandang disabilitas dengan benar.
Hal pertama yang disampaikan oleh Kartunet.com adalah bahwa tunanetra tidak harus selalu tukang pijat, dan mereka dapat mengakses komputer serta internet. Kata Kartunet sendiri berasal dari gabungan dua kata “karya” dan “tunanetra”. Mereka ingin menunjukkan bahwa situs Kartunet.com adalah hasil karya tunanetra dan pengelolaannya ditangani langsung oleh para tunanetra.
Mungkin anda masih ragu bagaimana mereka dapat mengakses komputer? Kunci para tunanetra yang tak memiliki penglihatan sempurna dapat mengakses perintah-perintah dalam komputer terletak pada perangkat lunak pembaca layar (screen reader) yang digunakan. Untuk komputer dan laptop yang digunakan adalah sama dengan apa yang beredar di pasaran atau yang mungkin saat ini sedang anda gunakan pula. Hanya agar tunanetra dapat mengoperasikannya, diperlukan perangkat lunak tambahan yang disebut Screen Reader. Perangkat lunak ini mengkonversi tampilan visual ke dalam bentuk audio untuk didengarkan oleh pengguna tunanetra. Setiap kali mereka menekan tombol pada keyboard, akan dikeluarkan suara yang menyebutkan fungsi tombol tersebut. Jadi, meski tidak melihat tampilan di layar, tunanetra tetap dapat bernavigasi di komputer dengan bantuan suara yang dihasilkan perangkat lunak tersebut.
Secara umum, Kartunet.com punya dua tujuan dalam aksi sosialnya. Pertama mereka ingin dapat menginspirasi masyarakat Indonesia dengan berbagai kisah inspiratif dan informasi mengenai prestasi para penyandang disabilitas. Dengan keterbatasan yang dimiliki para penyandang disabilitas, mereka tetap dapat berkarya, dan hal ini diharapkan mampu memompa semangat masyarakat yang sempurna secara fisik dan mental agar dapat lebih produktif lagi. Seperti moto yang mereka usung yaitu “Mengatasi keterbatasan tanpa batas”.
Lebih jauh, sekedar menginspirasi tidak cukup dalam aksi sosial untuk mengangkat kaum disabilitas setara dalam masyarakat. Tujuan kedua Kartunet.com adalah menggerakkan masyarakat, khususnya generasi muda, agar peduli dan sadar bahwa penyandang disabilitas tetap jadi bagian dari keberagaman masyarakat. Mereka bukan “orang aneh” yang harus dijauhi atau hanya dikasiani. Mereka pun individu yang punya potensi dan mampu ikut berkontribusi dalam masyarakat apabila diberikan akses yang sesuai. Oleh karena itu, Kartunet.com melibatkan partisipasi generasi muda untuk melakukan aksi perubahan.
Media baru internet bagi tunanetra punya arti yang amat besar. Dibandingkan dengan media cetak, internet jauh lebih aksesibel. Dengan bantuan perangkat lunak pembaca layar, kehadiran internet membuka banyak peluang pengembangan diri bagi tunanetra. Mereka dapat belajar dari forum-forum diskusi dan situs jejaring sosial dari netizen yang dengan suka rela membagikan ilmunya. Ilmu tersebut dapat langsung mereka coba tanpa perlu datang jauh-jauh ke workshop yang terkadang kendala terbesar mereka adalah pada mobilitas. Hasilnya, sudah ada beberapa tunanetra saat ini yang mampu menjadi penulis, programmer, composer musik digital, dan lain-lain.
Selain itu, media baru turut pula memberikan akses bagi tunanetra untuk menyampaikan pendapatnya secara langsung ke muka publik. Pada forum-forum di Kartunet.com misalnya. Mereka dengan bebas dapat mengungkapkan opininya akan suatu isu yang dapat ditanggapi oleh satu sama lain. Dari sana terlihat bahwa mereka pun punya konsepsi yang patut diketahui oleh publik. Tidak hanya menjadi objek pasif, melainkan subjek aktif yang ingin pula berkontribusi bagi kemajuan.
Mengetahui ini semua, sudah saatnya generasi muda pada umumnya untuk mendukung aksi sosial mewujudkan Indonesia yang lebih ramah pada penyandang disabilitas ini. Generasi muda yang punya pemikiran lebih terbuka, tentu lebih muda pula untuk menerima konsep disabilitas sebagai bagian dari keberagaman ini. Melalui dunia maya, sapa mereka yang memiliki disabilitas dengan interaksi langsung di forum-forum dan situs jejaring sosial. Kenali mereka dan ajak sahabat serta keluarga untuk memahami informasi yang benar tentang kaum disabilitas. Sehingga demikian, tak ada lagi rasa canggung ketika suatu saat bertemu langsung di jalan, gedung, atau tempat publik lainnya.
Seperti ketika anda melihat seorang tunanetra yang ingin menyeberang jalan raya. Apa yang harus anda lakukan? Kebanyakan orang hanya sampai pada rasa kasian dalam hati dan tak ada aksi untuk membantu mereka menyeberang jalan karena tak tahu caranya. Dengan informasi yang baik, seharusnya masyarakat segera tanggap dengan terlebih dahulu menyentuh tangan si tunanetra, bertanya ingin kemana, dan membantunya menyeberang dengan cara menuntun yang benar.
Lebih jauh, ketika kelak generasi muda saat ini menjadi pemimpin bangsa, tentu pemahaman akan kebutuhan penyandang disabilitas akan masuk dalam tiap kebijakan yang dibuat. Seperti contoh fasilitas umum. Pengetahuan tentang kebutuhan pengguna kursi roda seyogyanya membuat kebijakan pembuatan jembatan penyeberangan tidak dibuat berundak-undak, tetapi dibuat landai agar mereka dapat melintas dengan mandiri. Sama halnya dengan pembangunan fasilitas umum lain seperti trotoar. Agar tunanetra dapat berjalan dengan aman, dibuat semacam Braille Block yang dapat memandu tunanetra dalam berjalan.
Semoga apa yang telah dilakukan anak muda tunanetra yang memanfaatkan internet sebagai media aksi sosial dapat menginspirasi netizen muda untuk melakukan hal yang sama. Saat ini adalah waktu yang tepat untuk bergerak melakukan aksi sosial untuk membuka akses penyandang disabilitas dalam masyarakat. Manfaatkan trend penggunaan new media seperti blog dan jejaring sosial untuk menyebarkan informasi dan mengajak masyarakat agar peduli pada penyandang disabilitas. Dengan partisipasi aktif dari generasi muda, kelak Indonesia akan menjadi lebih nyaman bagi semua, termasuk mereka yang memiliki disabilitas.
***Penulis adalah mahasiswa Universitas Indonesia
1 komentar:
#big20IYND I VOTE FOR ESSAY NO 1
esai yang menarik.diawali dari judul yang menarik perhatian pembaca terutama pada kata 'disabilitas yang belum akrab di telinga. Lalu, mengambil topik khusus (tentang penyandang disabilitas) yang jarang dipakai, kurang mendapat perhatian, untuk diangkat menjadi karya memukau, menginspirasi dan pengingat bagi kita semua bahwa mereka tidak kalah berkembangnya.
untuk kemudian merangkumnya menjadi bagian karakter sebagai generasi muda Indonesia yang berbudi pekerti luhur.
inilah new media! Sarana yang dapat kita gerakkan untuk kehidupan yang lebih baik.
menambah dan meningkatkan kepedulian kita!
#big20IYND I VOTE FOR ESSAY NO 1
Posting Komentar