Everybody is a Journalist in a Social Media

oleh Dwita Purnamasari



Bali diguncang gempa barusan..semoga baik-baik saja ya #pray for Bali
-salah satu bunyi status seorang teman di salah satu sosial media pada Kamis, 13 Oktober 2011 pukul 10.45 WIB, beberapa saat setelah gempa itu terjadi-

Bunyi status yang tertulis di atas dan senada dengan itu sering kali kita baca dalam sosial media, lalu secara naluriah kita pun akan memeprtanyakan kebenaran berita tersebut sehingga kemudian akan berusaha mencari informasi kebenaran berita tersebut baik melalui kerabat yang kemungkinan berada di Bali atau melalui portal-portal berita yang memang menyajikan berita secara aktual setiap detik (seperti yang dijanjikan oleh salah satu portal berita internet, detik.com). Setelah kebenaran atau secercah informasi berita kita dapat, untuk selanjutnya dapat ditebak kita pun akan meneruskan status tersebut mungkin dengan ditambah data yang lebih konkrit, misalnya “gempa Bali berkekuatan 6,8 SR” ataupun sekedar mengungkapkan rasa simpati atas peristiwa yang terjadi.


Era Internet
Dewasa ini perkembangan teknologi khususnya internet berkembang amat pesat. Jumlah pengguna internet di dunia saja sudah mencapai 1,97 miliar per Juni 2010 (Sumber : Internet World Stats). Di Indonesia sendiri terdapat jumlah pengguna sebesar 45.000.000 user berdasarkan data dari Kememkominfo tahun 2010. Internet menghubungkan setiap orang di belahan dunia manapun melawan keterbatasan ruang dan waktu. Penggunaan internet inilah yang kemudian memunculkan istilah cyber village, yakni suatu dunia yang memudahkan orang untuk saling berinteraksi tanpa harus hadir di suatu tempat dan bertatap muka. Dunia maya menghubungkan satu dengan yang lain untuk saling berinteraksi, bertukar foto, kirim pesan, merasa dekat satu dengan yang lain, serta menyatukan berbagai perbedaan yang ada tanpa harus menghadirkan kehadiran fisik. 

Masyarakat luas mulai bergerak dari era cetak menuju era digital hingga akhirnya melahirkan dunia baru,  istilah lain dari cyber village yang kemudian muncul yaitu cyberspace (Heath, 2001:579). Cyberspace disini dapat diartikan dengan dunia tanpa batas.  Dimana setiap individu di belahan dunia manapun dan kapanpun dapat saling terhubung dan berkomunikasi meskipun tidak bertatap muka secara langsung. Internet menjelma menjadi kebutuhan setiap individu, bahkan anak-anak yang masih mengenyam SD pun sudah dibekali dengan pengetahuan tentang internet. Pertumbuhan masyarakat yang semakin pesat juga disertai dengan pertumbuhan masyarakat melek media, khususnya internet.

“Pengguna internet di Indonesia tahun ini diprediksi naik sekitar 10% menjadi  50 juta orang dari tahun lalu. Kenaikan ini terutama didorong dari tren penggunaan internet lewat telepon seluler atau smartphone (indonesiafinancetoday.com)”

Sosial Media dan Kebebasan Berekspresi
Sosial media adalah suatu media baru yang memberikan fasilitas kepada para penggunanya untuk saling bertukar informasi secara lebih atraktif dan menarik. Karakter masyarakat Indonesia yang suka berkelompok dan mengedepankan kehidupan sosial telah menumbuhkan para pengguna internet, khususnya sosial media. Beragam kategori sosial media pun muncul seiring dengan berkembangnya jumlah para pengguna di kalangan generasi muda. Kategori sosial media pun dapat dibedakan ke dalam beberapa jenis,  yakni blog ( wordpress, blogspot), microblog (twitter), social blog (kompasiana, Ohmy News, Now Public), Situs foto share (Flickr, Tweetpic), Situs video Share (Youtube), dan berbagai jenis lainnya. Indonesia adalah pengguna twitter pertama di Asia yakni sebanyak 175 juta pada November 2010. Sedangkan pengguna facebook tercatat 610.284.760 user di seluruh dunia. Hal ini memperlihatkan betapa sosial media telah merasuk begitu dalam ke seluruh penjuru dunia.

Begitu mudahnya setiap orang mengungkapkan sesuatu yang dirasakan atau mengenai yang dipikirkan di dalam sosial media menunjukkan betaoa sosial media menjadi ruang demokrasi berekspresi bagi setiap individu. Dengan kalimat pembuka “what’s on your mind?” pada halaman depan facebook serta kalimat “what’s happening?” pada halaman depan twitter, seolah memancing kita untuk mengungkapkan apa yang terjadi di sekitar kita yang ingin kita bagikan kepada para pengguna lainnya. Banyak berita yang saat ini berkembang jauh lebih besar justru dari pesan-pesan yang terungkap lewat sosial media seperti facebook dan twitter. 

Setiap detik dan setiap saat orang-orang akan mengakses akun mereka di beberapa sosial media seperti facebook dan twitter melalui ponsel mereka. Kemudahan mengakses sosial media melalui ponsel pun menjadi alasan mengapa sosial media menjadi “bintang bersinar” sekarang ini.

Citizen Journalism dalam Sosial Media
Citizen journalism adalah suatu kegiatan melaporkan berita yang dilakukan warga biasa, yang tidak dimaksudkan memperoleh uang tetapi memiliki minat pada suatu topik tertentu.

Apa yang kita lakukan dalam sosial media sehari-hari seperti mengupload suatu dokumentasi peristiwa di lingkungan sekitar, ikut memberi komentar terhadap suatu peristiwa, memberitakan suatu peristiwa di lingkungan sekitar melalui update status, dan sebagainya hal itu merupakan beberapa aktivitas citizen journalism.  Beberapa peristiwa yang terjadi di sekeliling ikut menjadi bahan pembicaraan yang diungkapkan dalam akun jejaring sosial yang mereka miliki. Melaporkan setiap peristiwa merupakan salah satu kegiatan jurnalisme. Keluhan, pujian, rasa senang, sedih, semua dibagikan secara gratis. Lalu para pengikut akun mereka pun akan membaca dan memberi respon atas pernyataan tersebut. begitulah terus-menerus hingga akhirnya suatu hal yang awalnya hanya menjadi pernyataan sederhana kemudian berkembang menjadi sebuah diskusi menarik yang segera menjadi “hot topic” atau biasa diistilahkan dengan “trending topic”, yakni sesuatu hal atau berita yang menjadi buah bibir favorit saat itu. 

Hal ini selaras dengan salah satu teori komunikasi agenda setting, dimana apa yang menjadi agenda suatu media maka secara tidak langsung akan menjadi agenda publik juga. Demikian hal nya dengan sosial media, apa yang menjadi agenda dalam sosial media maka secara tidak langsung akan menjadi agenda publik yang lainnya. Dengan demikian setiap orang yang membagikan dan melaporkan setiap peristiwa yang memiliki nilai berita tertentu dengan tidak dimaksudkan untuk memperoleh uang namun karena hanya memiliki suatu minta tertentu pada suatu topik dapat dikatakan sebagai jurnalisme warga, dan orangnya secara otomatis menjadi seorang jurnalis.

Apapun dapat diberitakan oleh setiap orang, hal ini tidak melulu berkaitan dengan sesuatu hal yang menyangkut orang banyak, bisa merupakan sesuatu hal yang sepele, misalkan seseorang menuliskan (posting) status :
“Antrian di Bank BCA cabang Kusumanegara ini lama banget, soalnya tellernya cuma sedikit.”

Sekilas ini hanya postingan status seseorang yang mengeluh, namun bagi orang yang membacanya hal ini dapat menjadi pemberitahuan dan peringatan untuk tidak melakukan aktiitas transaksi perbankan di bank yang dimaksud. Inilah betapa efek sosial media memungkinkan kita menjadi jurnalis dimanapun, berapapun usia kita. Namun memang sosial media ini didominasi oleh khalayak muda yang masih memiliki passion untuk merespon dan tanggap terhadap lingkungan sekitarnya, selain karena hasrat untuk menunjukkan eksistensi dalam kehidupan sosial serta membagikan informasi kepada orang yang lainnya. 

Dengan demikian semakin jelaslah bagaimana internet telah memberi pengaruh yang besar dalam kehidupan kita sehari-hari. Internet, khususnya sosial media telah memberi warna baru dan menjadi wadah setiap individu dalam mengaktualisasi diri serta menunjukkan eksistensi individu tersebut di dunia maya melalui setiap tulisan, komentar, status, dan apapun yang diunggah atau dibagikan dalam sosial media. Sosial media pulalah yang telah memberi kesempatan kepada setiap individu untuk menjadi seorang reporter atas suatu peristiwa dan jurnalis yang membagikan berita kepada orang lain. Jadi, berbanggalah kita yang aktif di sosial media, karena kita telah turut andil mencerdaskan orang lain dengan menjadi jurnalis untuk orang lain ... J




***Penulis adalah mahasiswa Univeristas Atma Jaya Yogyakarta

1 komentar:

Ardhi Widjaya & Co mengatakan...

dwita, sukses ya... untuk kutipan tentang antrian teller itu, hehe terinspirasi dari twit-ku ya? *numpang eksis* :D Once again, gud lak pokoknya!

Posting Komentar