Penggunaan Social Media secara Efektif bagi Generasi Muda

oleh Khalil Ibrahim



Manusia merupakan mahluk sosial. Saya sangat hafal akan hal ini, karena ini adalah materi pelajaran PPKn ketika saya duduk di bangku Sekolah Dasar. Kurang lebih artinya bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Karena itu, manusia dituntut untuk saling berkomunikasi, berinteraksi, berbagi informasi, dan berkolaborasi satu sama lain.

Zaman semakin berkembang dimana teknologi informatika dan internet berhasil menyulap kita, generasi muda, menjadi sosok mahluk sosial yang berbeda. Sekarang kita bisa dengan mudah berinteraksi dengan orang lain secara online tanpa harus bertatap muka, melalui situs-situs yang dikenal dengan istilah Social Media.

Begitu banyak bentuk social media yang ada, seperti blog (contohnya wordpress, blogspot, dll)microblog (Twitter, Koprol, dll), social networking (Facebook, Friendster dll), forum (Kaskus, Indowebster, dll), question/answer (Yahoo Answer, formspring..me, dll), wiki (wikipedia), image & video sharing (Flickr, YouTube, dll), e-commerce (ebay, dll), games (World of Warcraft, Ragnarok, dll), dan banyak jenis social media yang lain.

Social media umumnya digunakan oleh generasi muda. Agak sulit untuk menemukan ibu-ibu yang sibuk check-in Foursquare saat ia sedang berbelanja di pasar tradisional, atau kakek-kakek yang dengan khusyuk menonton YouTube di siang hari. Hal ini disebabkan karena generasi muda lebih mempunyai rasa ingin tahu & semangat yang tinggi, sehingga muncul keinginan untuk menjelajahi dunia yang belum pernah diketahuinya sambil bersosialisasi dengan orang lain, dibanding dengan generasi tua yang sudah kenyang asam garam kehidupan dan sibuk dengan rutinitas masing-masing.

Dimulai dari hegemoni Friendster, yang beberapa tahun lalu seolah menjadi ‘agama baru’ bagi generasi muda. Wajah bulat, dua bola mata, senyum lebar, (kurang lebih seperti ini ® J) yang merupakan simbol Friendster, selalu menghiasi layar monitor generasi muda saat itu. Selesai Friendster, munculah Facebook karya Mark Zuckerberg. Dengan fitur yang lebih lengkap daripada Friendster, membuat Facebook menjadi situs jejaring sosial nomor satu di Indonesia hingga saat ini, walau sekarang Facebook lebih dipenuhi foto barang dagangan daripada foto wajah teman kita. Jangan heran ketika ada seseorang bernama ‘Tupperware Cimahi’ meminta Anda sebagai temannya. Bosan dengan Facebook, munculah Twitter, situs microblog yang kini seolah menjadi televisi baru. Kita bisa melihat debat politik, drama percintaan, komedi, tausiah agama, berbagai macam kuis, dan lain sebagainya tergantung siapa yang kita follow.

Social media dan generasi muda ibarat SpongeBob dan Patrick, selalu beriringan. Cukup mudah untuk menemukan 50 generasi muda yang berjalan menunduk di mall, karena sedang sibuk update status Twitter. Sangat gampang untuk menemukan 100 generasi muda yang ketika bangun tidur langsung mencari smartphone-nya, lagi-lagi, untuk update status Twitter.

Twitter memang sedang menguasai generasi muda belakangan ini. Terbukti kita lebih cepat bergerak ketika ada tulisan, “Nonton Me*ro TV sekarang, ada Afgan!” melintas di lini masa kita, daripada perintah Ibu, “Hujan! Angkat jemuran, nak!”. Situs microblog berlambang burung tersebut seolah menghipnotis generasi muda untuk menuruti apa yang tertulis di lini masanya.

Twitter merupakan contoh kecil kedigdayaan social media dalam menguasai generasi muda. Memang tak dapat dipungkiri, generasi muda masih belum matang & memiliki jiwa yang labil, sehingga kerap menggunakan social media secara tidak efektif. Sebagai ajang curhat, sindiran yang berisi umpatan, caci maki, merupakan hal yang lumrah ketika kita bersentuhan dengan generasi muda di dalam social media. Sudah banyak kasus pelajar yang dikeluarkan secara tidak hormat hanya karena mengeluhkan keburukan sekolahnya melalui situs Facebook. Bahkan, belum lama ini seorang selebriti muda papan atas Indonesia, mengunduh video berisi umpatan & cacian kepada teman-temannya melalui YouTube.

Muncul sebuah pertanyaan, apakah generasi muda tidak bisa menggunakan social media secara positif? Jawabannya, sangat bisa! Banyak gerakan sosial melalui social media yang dipelopori oleh generasi muda. Sebut saja kasus Prita Mulyasari, Bibit-Chandra, Darsem, dan lain sebagainya. Sudah saatnya generasi muda tidak lagi meneriakan aspirasi mereka di jalan melalui demonstrasi yang hanya menghasilkan kemacetan dan buang-buang waktu semata. Sekarang sudah ada social media yang merupakan wadah baru bagi generasi muda untuk meneriakan, menyuarakan, dan mengumandangkan aspirasinya.

Selain sebagai gerakan sosial, banyak contoh generasi muda Indonesia yang menuai kesuksesan melalui social media. Contoh yang paling nyata adalah Raditya Dika, seorang generasi muda Indonesia yang mencapai popularitas melalui social media. Dimulai dari kegemarannya menulis blog yang akhirnya dibukukan, kini ia sudah membintangi iklan beberapa produk, bermain film, menjadi host dibeberapa acara, pembicara di seminar-seminar, dan lain-lain.

Contoh lain adalah Arief Muhammad, pengelola akun Twitter @poconggg. Ia merupakan mahasiswa Hukum sebuah perguruan tinggi swasta. Karena cermat membaca bahwa pangsa pasar utama Twitter adalah generasi muda, ia mencitrakan akun @poconggg sedemikian rupa agar digemari generasi muda. Hasilnya, kini ia sudah memiliki hampir satu juta followers dan merupakan salah satu akun Twitter di Indonesia yang memiliki followers terbanyak. Hal itu secara otomatis akan menarik minat banyak produsen untuk mengiklankan produknya melalui akun Twitter tersebut. Bisa dibayangkan berapa komisi yang diterima Arief, jika sebuah iklan dibaca oleh satu juta rakyat Indonesia.

Masih ingat Shinta – Jojo? Melalui sebuah video lypsinc di YouTube, mereka yang sebelumnya mahasiswi, kini menjadi selebriti. Menyebrang sebentar ke benua lain, ada Justin Bieber. Lagi-lagi karena YouTube, ia bisa ‘menguasai’ dunia. Jangan lupakan Kaskus, sebuah forum yang diciptakan oleh Andrew Darwis, dan kawan-kawan, yang pada saat itu masih berstatus sebagai mahasiswa, kini telah menjadi forum komunitas nomor satu di Indonesia dengan anggota terbanyak. Sundul, gan!

Intinya adalah Raditya Dika, Arief Muhammad, Shinta-Jojo, Justin Bieber, dan Andrew Darwis merupakan generasi muda yang dapat mempergunakan social media secara efektif. Jika mereka bisa, kenpa kita tidak? Kuncinya terletak pada kreativitas dan kemauan. Tanpa kreativitas dan kemauan, blog Radit tidak akan menarik banyak pembaca, @poconggg tak punya banyak followers,  video Shinta-Jojo tak punya banyak reviewers, Justin Bieber tak punya banyak Beliebers, dan Kaskus tak punya banyak agan-sista. Kita sebagai generasi muda seharusnya bersyukur, hidup damai di bumi Indonesia, tanpa harus berperang melawan penjajah & bisa bebas beraspirasi. Saat kita sedang asyik menonton YouTube di kamar, mungkin disaat yang sama 70 tahun yang lalu, generasi muda sedang sibuk merancang strategi bagaimana berperang melawan Jepang. 

Saat kita asyik mencela kinerja Presiden di Twitter, mungkin disaat yang sama 20 tahun yang lalu, generasi muda diculik lalu dibuang ke laut hanya karena mengkritik Presiden. Social media dan kebebasan berpendapat yang kita nikmati sekarang, merupakan warisan bangsa yang harus kita manfaatkan sebaik mungkin. Generasi muda, mari pergunakan social media secara tepat & efektif, untuk Indonesia yang lebih baik.

***Penulis adalah mahasiswa Univeritas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Jakarta

1 komentar:

artofmukena mengatakan...

nice.. tingkatkan kreatipisanmu kakak
terus berkembanglah menjadi pria tampan
menarik wanita dan juga pria
Randi, Selat Batam
Crot

Posting Komentar